Selasa, 16 Februari 2010

Kloning

Penguasaan teknologi yang semakin maju membuat banyaknya penemuan-penemuan dari para ilmuwan yang berteknologi canggih dipublikasikan. Dalam bidang biologi, teknologi dapat diterapkan juga. Diantaranya, teknologi reproduksi dan bioteknologi. Contoh teknologi reproduksi yang saat ini sedang gencar-gencarnya dikembangkan ialah bayi tabung, kloning, dan inseminasi buatan.

Kloning merupakan salah satu bentuk keberhasilan para ilmuwan dalam perolehan keturunan yang banyak mengundang pro dan kontra. Diawali dengan lahirnya Dolly di Skotlandia sampai isu lahirnya bayi perempuan hasil kloning bernama Eve. Kloning banyak mendapat kontra dari masyarakat, terutama dalam kloning manusia.

Kloning berasal dari kata ‘klon’ dari bahasa Yunani yang berarti tunas muda. Kloning dapat diartikan sebagai upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik. Proses kloning merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual atau tanpa kawin.

Kloning sebenarnya sudah diterapkan pada tumbuhan, yakni sistem stek pada tanaman singkong. Namun pada tahun 1996, kelahiran seekor domba hasil kloning bernama Dolly, membuat pembaharuan pada sistem kloning, yaitu memperbanyak sel pada hewan tingkat tinggi. Kloning didasarkan pada prinsip bahwa setiap sel makhluk hidup mempunyai kemampuan totipotensi, yang artinya setiap sel memiliki kemampuan menjadi individu.
Kloning dapat diterapkan kepada tanaman, katak, domba dan tikus. Namun beberapa tahun terakhir, para ilmuwan dilaporkan telah berhasil mengkloning kera dan kucing.

Kloning bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sama atau identik dengan induknya. Untuk kloning tumbuhan dan hewan, dapat digunakan untuk melestarikan tumbuhan dan hewan langka. Selain untuk perbanyakan keturunan, pengklonaan juga telah digunakan untuk terapi atau pengobatan pada penderita diabetes, leukemia, kelumpuhan saraf, dan berbagai penyakit akibat kerusakan jaringan.

Hasil kloning akan memiliki sifat-sifat yang identik dengan induknya. Hal ini terjadi karena dalam proses pengkloningan, terjadi pengambilan bagian dari induk yang kemudian akan ditumbuhkan menjadi individu baru yang sama persis dengan induknya.

Berbagai Macam Kloning

1. Kloning pada Tumbuhan
Kloning dapat dilakukan dari sel-sel tumbuhan, baik dari akar, batang, dan daun. Sel-sel yang dibuat kloning bisa ditempatkan pada media yang sesuai dapat ditumbuhkan menjadi individu baru yang sempurna. Prosesnya adalah memotong organ tumbuhan yang di-inginkan. Lalu kita mencari kultur jaringan (eksplan), mengambil selnya dan memindahkan ke media berisi nutrisi agar cepat tumbuh. Eksplan ini akan menggumpal menjadi gumpalan yang bernama kalus. Kalus adalah cikal bakal akar, batang, dan daun. Kalus kemudian ditanam di media tanah dan akan menjadi sebuah tanaman baru.

2. Kloning pada Katak
Penelitian untuk kloning pada katak pertama kali dilakukan oleh John Gordon tahun 1970. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sel telur katak yang belum dibuahi dan menghancurkan nukleusnya dengan radiasi. Selanjutnya inti sel telur itu diganti dengan inti sel yang berasal dari sel tubuh. Dalam percobaan, inti sel diambil dari nukleus sel usus katak betina sejenis, maka akan terbentuk individu baru. Zigot ini nantinya dipelihara dalam medium pembiakan.

3. Kloning pada Tikus
Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sel telur tikus betina setelah hewan itu kawin. Lalu inti sel telur atau inti sel spermatozoid dikeluarkan salah satunya sebelum bergabung. Maka sel telur sekarang hanya akan mempunyai satu inti saja, inti sel telur atau inti sel sperma. Kromosom kemudian akan dirangsang sehingga akan membelah. Sel telur akan memiliki sel kromosom lengkap yang semuanya berasal dari salah satu induk. Setelah itu embrio akan tumbuh dan ditanamkan pada rahim tikus betina.

4. Kloning pada Domba
Kloning pada domba dilakukan dengan mempersiapkan sel telur dari domba yang telah diambil intinya. Kemudian sel telur kosong ini disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Dalam percobaan Ian Wilmut dan Keith Campbell yang melahirkan Dolly tahun 1996, mereka menggunakan sel dari kelenjar mamae (kelenjar susu) domba. Sel mamae dan sel telur kosong lalu didifusikan. Sel yang terfusi nantinya akan meng-gandakan diri atau membelah. Setelah itu embrio ditanamkan di dalam rahim domba lain sebagai ibu angkat. Embrio akan tumbuh dan berkembang secara normal.

Kloning untuk Terapi atau Pengobatan

Ada tiga teknik yang digunakan. Yaitu, transfer inti sel somatik alias kloning terapeutik manusia. Yaitu menyatukan sel inti dari manusia dewasa ke dalam sel telur donor yang telah dihilangkan inti selnya menggunakan kejutan elektrik. Dengan demikian DNA sel pasien kembali pada tahap embrionik dan menghasilkan sel tunas yang identik dengan tubuhnya. Teknik kedua adalah partenogenesis di mana sel telur lengkap dengan inti sel langsung diaktivasi untuk membelah diri lewat sejumlah perlakuan. Teknik ketiga, transfer ooplasma. Cara ini merupakan kebalikan transfer inti, yaitu menghilangkan sitoplasma, kemudian sel telur yang sedang tumbuh ditransfer ke sel pasien untuk mengubahnya menjadi sel tunas.


Kloning dalam Kehidupan

Kelahiran Dolly

Tanggal 5 Juli 1996, di Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia, seorang ilmuwan bernama Ian Wilmut berhasil mengkloning seekor domba jenis Finn Dorset bernama Dolly. Dolly diklon dengan menggunakan sebuah sel telur yang intinya diganti dengan inti sel kelenjar susu ibunya. Kelahiran Dolly menyatakan satu hal: sel-sel tubuh selain sel kelamin ternyata dapat bergenerasi menjadi individu baru. Kemampuan ini disebut totipotensi.

Dolly bukanlah satu-satunya domba hasil kloning. Sebelumnya, dua domba bernama Megan dan Morag dilahirkan, dan merupakan domba klona pertama yang berasal dari embrio yang sama, artinya yang satu adalah klona dari yang lain. Dolly berbeda dari mereka karena Dolly adalah hasil kloning dari domba dewasa.

Sayangnya, walaupun Dolly dianggap sebagai kesuksesan besar di bidang teknologi reproduksi, ia ternyata mengidap beberapa penyakit seperti penyakit paru-paru dan arthritis (mengerasnya sendi dan engsel tulang) yang biasa ditemukan pada domba yang sudah tua. Dolly disuntik mati pada umur 6 tahun, setengah dari usia domba biasa, yaitu 12 tahun.

Terapi dengan Kloning

Kloning ternyata dapat digunakan untuk terapi penyakit. Jika Anda penderita gagal ginjal, penderita gangguan otot jantung, atau penderita rematik yang mengalami nyeri menyiksa sepanjang waktu, penelitian stem cell (sel tunas) dapat memberi harapan untuk sembuh. Stem cell atau sel tunas merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk membelah dalam jangka waktu tak terbatas dan mampu membentuk 220 jenis sel penyusun tubuh manusia.

Sel tunas bisa dikembangkan menjadi sel ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, serta sel lain kemudian dicangkokkan ke organ tubuh untuk menggantikan jaringan yang rusak. Dalam penelitian dengan tikus, sel tunas berhasil dengan baik.

Namun untuk mendapatkan sel tunas, orang harus menghentikan pertumbuhan embrio. Tentu saja proses ini terjadi di luar tubuh, yaitu di laboratorium sebagaimana dilakukan pada proses bayi tabung (in vitro fertilization/IVF). Bahkan kebanyakan embrio penelitian berasal dari sisa program bayi tabung.

Saat ini, sedang diteliti apa akibat dari sel tunas pada manusia. Jika penelitian ini berhasil, berbagai penyakit dapat disembuhkan.


Pro dan Kontra Kloning

Dampak Positif

Jika kloning dilakukan pada tumbuhan dapat memberikan keuntungan yang lebih banyak. Akan diperoleh tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat dan dengan sifat yang identik atau sama dengan induknya. Jika tanaman induk mempunyai sifat-sifat unggul maka dapat dipastikan keturunannya pun akan memiliki sifat unggul yang sama dengan induknya. Upaya kloning pada tumbuhan juga dapat kita gunakan sebagai upaya konservasi tumbuhan langka. Adanya teknologi kloning pada tumbuhan dapat meningkatkan agrobisnis. Demikian pula halnya pada hewan ternak.

Kalangan yang pro kloning manusia mengemukakan beberapa dampak positif dari kloning manusia, misalnya dapat menumbuhkan janin yang bebas penyakit keturunan dan dapat menghasilkan sel, organ atau jaringan yang sesuai untuk pengobatan penyakit.

Dampak Negatif

Kloning pada tanaman akan menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya. Hal ini akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan, demikian juga pada hewan.
Sementara itu kloning pada hewan dan manusia masih banyak dipertentangkan sebab banyak akibat yang ditimbulkan. Contohnya, resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning.

Kalangan yang menentang berpendapat bahwa kloning manusia dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengan tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, pengklonaan pada mamalia belum sepenuhnya sempurna. Dapat dilihat pada Domba Dolly yang menderita berbagai penyakit.

Selain itu, akan terjadi kekacauan kekerabatan dan identitas diri dari klona maupun induknya.


Larangan Kloning Manusia

Kloning manusia lebih banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak, jika dibandingkan dengan kloning hewan dan tumbuhan. Roslin Institute, sebagai lembaga pertama yang sukses mengkloning domba, menentang keras kloning manusia.

Ilmuwan Dixon, spesialis etika kloning manusia mengutuk tindakan tersebut. Sementara itu fatwa ahli fiqh Hukum Islam Sheik Yusuf Al-Qardawi menyatakan bahwa Islam melarang kloning manusia karena sangan bertentangan dengan keragaman penciptaan Allah swt.
Vatikan mengatakan bahwa kloning manusia itu merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika, kebrutalan mental yang bertentangan dengan pertimbangan manusiawi dan etika. UNESCO meminta agar negara-negara di dunia melarang kloning manusia. Kongres Amerika mengesahkan Undang-undang yang melarang pengkloningan manusia segera beberapa jam setelah pengumuman kelahiran bayi manusia hasil kloning, Eve.

Agama Islam sendiri menentang keras kloning manusia dan menganggap kloning manusia tidak sejalan dengan norma agama Islam. Dalam kitab Al-Qur’an, terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa dari segi proses, kloning dimungkinkan terjadinya, akan tetapi kewenangan dan motif untuk melakukannya masih menjadi perdebatan. Apakah manusia mempunyai wewenang untuk melakukan proses itu atau tidak? Dalam pertimbangan moral, jika kloning manusia akan melahirkan manusia yang tidak produktif, terutama dalam mengemban amanah beratnya sebagai pemimpin di Bumi, apalagi jika terbukti menurunkan martabat kemanusiaan, maka kloning dapat ditolak. Jumlah biaya yang tidak sedikit untuk melakukan proses kloning, dianggap sebagai “penghamburan biaya” hanya untuk mengkloning satu manusia, sementara di luar sana banyak “manusia-manusia formal” yang kekurangan dan berada di bawah garis kemiskinan.

KULTUR JARINGAN

Kultur Jaringan adalah teknik memperbanyak tanaman dengan memperbanyak jaringan mikro tanaman yang ditumbuhkan secara invitro menjadi tanaman yang sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas. Yang menjadi dasar kultur jaringan ini adalah teori totipotensi sel yang berbunyi “setiap sel organ tanaman akan mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna jika ditempatkan di lingkungan yang sesuai. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu yang lebih singkat.

Begitu banyak tanaman yang dapat dibudidayakan dengan kultur jaringan ini seperti Acasia sp, Eucalyptus sp, jati, jelutung, gaharu, sengon, sonokeling, berbagai jenis pisang, berbagai jenis anggrek, dsb.